1- Etika di keluarga : Menurut saya, etika di keluarga terbentuk didasari oleh latar belakang dan kebiasaan dari keluarga itu sendiri. deskripsi dari keluarga saya dengan orangtua berlatar belakang pendidikan pesantren dan hidup di desa dimana hubungan saling menghormati antar manusia sangat masih kental, sikap gotong royong dan tata krama masih dijunjung tinggi. Hal-hal seperti ini yang membentuk etika saya pada lingkungan keluarga, sebenarnya tidak hanya etika pada keluarga yang terbentuk tapi juga etika pada lingkungan sekitar. Dengan orangtua yang berlatar belakang pendidikan pesantren, maka yang diajarkan atau lebih tepatnya yang dicontohkan dalam perbuatan lebih condong ke spiritualnya, tapi kalau saya menilai selama ini yang dicontohkan tidak agamis yang terlalu ekstrim, mungkin mereka menganggap anaknya sudah dapat berpikir jernih tentang kehidupan, dan saya rasa itu sudah benar. Lebih banyak dicontohkan daripada teori penjelasan semata, artinya saya sebagai anak bisa mengerti dan memahami dari sesuatu hal yang dicontohkan oleh orangtua saya tersebut. Tidak hanya faktor orangtua saja yang membentuk etika, tapi juga lingkungan sekitar. Etika adalah cara bagaimana kita menghargai sesama manusia yang hidup berdampingan dengan kita, mulai dari sikap kita kepada orang yang lebih tua, dan sesama teman. di tempat saya, bicara dengan orangtua sebisa mungkin kita menggunakan bahasa yang halus (bahasa jawa krama alus).
2- Etika di tempat bekerja : berhubung saya masih belum bekerja, maka saya akan mendeskripsikan etika di kampus, tempat saya menghabiskan waktu untuk kuliah. Menjadi mahasiswa merupakan satu tingkatan di atas siswa, artinya dalam hal efektifitas menjalani kehidupan. Jadikan kampus sebagai tempat tinggal kedua setelah kos, biar kita betah untuk kuliah dan mengerjakan tugas, caranya memperbanyak teman. semakin banyak teman, maka hidup di kampus terasa lebih indah, dan itu membutuhkan etika kita untuk bergaul. Caranya kita menghargai semua teman kita, tanpa sedikitpun melecehkannya. Jika diajak berbincang-bincang tentang masalah apa saja, kita dengarkan dan kita kasih respon, dengan begitu teman merasa nyaman bergaul dengan kita. Terkadang teman mencurahkan sesuatu tentang masalah yang mereka hadapi, kalau mereka salah, maka kita nasihati dengan bicara yang sopan dan tidak menyinggung. Tidak malah memojokkan dia dan itu akan membuat rasa bersalah akan menyiksa dirinya (depresi). Alangkah baiknya kita menggunakan pendekatan persuasif dan solusi yang bijak. Satu hal lagi, anggap semua teman itu penting, meskipun mereka kaum bawah ataupun kaum atas, anggap mereka sama di mata kita, yaitu teman yang sangat paling berharga bagi kita, jangan pernah membeda-bedakan teman.
3- Etika dengan teman : untuk etika dengan teman, saya ambil contoh dengan teman kos. Selama ini, teman kos sudah seperti keluarga sendiri, saling menghargai dan saling percaya satu sama lain, artinya tidak ada rasa curiga sedikitpun diantara kita. Mengapa saya anggap seperti keluarga sendiri, karena selain kita satu kos, kita juga kuliahnya sering satu kelas. Jadi sama-sama merasakan mengerjakan tugas sampai begadang, memecahkan masalah sama-sama. Terkadang memang ada permasalahan yang sensitif untuk dibicarakan, dalam hal ini kedewasaan kita dituntut, bagaimana kita menyampaikan solusi atau saling mengingatkan satu sama lain tanpa menyinggung perasaan teman tersebut. Contohnya dengan berbicara sambil senyum dan tidak bernada keras tapi bernada lembut. Jika ada barang teman yang lupa ketinggalan, maka benar-benar kita jaga baik barang tersebut. Jika ada teman tidak ada uang untuk beli makan, maka kita beli makan untuk dimakan bersama-sama, dan itu terasa nikmat. Intinya saling menghargai dan saling merasakan dalam menjalani hidup sebagai anak kos adalah kunci dari etika sesama teman kos. Satu hal lagi, kelak kita akan ingat bagaimana kita menjalani hidup di kos dengan prinsip sama rasa sama rata, artinya semuanya ditanggung bersama, baik suka maupun duka.
By BIBIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar