Senin, 11 Oktober 2010

Menjadi cupu itu anugerah part 1

Pengalaman, merupakan hal yang terkadang indah untuk diceritakan, kadang menyakitkan, sedih, senang, malu, tertawa, biasa saja, lucu, dan ekspresi yang lainnya. Salah satu pengalaman yang sering diceritakan adalah tentang perasaan dan cinta, topik standar lama yang masih tetap hangat dibicarakan sepanjang masa. Ya, sepanjang masa, karena terdiri dari berbagai macam kisah yang berbeda.
Terkadang, kita menyukai seseorang, namun tak pernah terbalas entah karena kita terlalu cupu dan dianggap tidak pantas untuk mengungkapkan yang namanya perasaan. KITA TIDAK PANTAS, kata itu tak layak dan tak seharusnya ada.
Tahun 2002, awal yang baru bagi kehidupanku, memakai seragam putih biru, masa-masa cupu yang ku lewati di jenjang sekolah yang sebenarnya lebih pantas dianggap sebagai barak tentara. Pemerasan, perkelahian, tawuran adalah hal yang biasa terlihat. Pertama memulai aktivitas sebagai pelajar membuat sangat tertekan, hidung seperti mengeluarkan darah tiada henti, dan tak terasa badan tinggal kulit saja, kurus kering seperti semut yang merayap takut diinjak.
Senen pagi ceriah dengan suasana upacara yang biasa saja, melihat teman-teman sekelas yang belom pada kenal, kakak kelas yang sok paling ok, guru yang bijak dan guru yang (kurang) bijak, bendera merah putih, petugas upacara yang cukup gagah. Semuanya berakhir dengan singkat, dan tak berkesan.
KELAS 1E, itulah label dari ruangan yang selama setahun duduk manusia setengah manis, pendiam dan terlalu pasif bernama Sabil (panggilan sewaktu SMP). Yang pertama dilakukan oleh cowok berplat SMP baru masuk kelas pastinya adalah melihat cewek-cewek di sekililingnya, dan menurut pandanganku waktu itu, yang paling menarik cewek bernama evalina dan neichi (nama asli yang sudah aku samarkan). Evalina berambut panjang, kulitnya putih dengan muka photogenic, badan kurus dan tinggi seperti model iklan sabun kucing (iklan sabun yang mengikutkan kucing sebagai modelnya). Berasal dari kaum highclass dengan ayah bekerja di perusahaan elit berlabel PT PETROKIMIA PUTRA, perusahaan pupuk yang mempunyai dampak negatif dan positif. Yang paling aku ingat, evalina selalu diantar-jemput oleh mamanya dengan naik mobil mewah berwarna silver. Yang masih terfikirkan dalam benak, mengapa anak seorang kaya raya dan cerdas serta cantik pula, ko mau sekolah di SMP yang menurut kebanyakan orang sebagai sekolah anak-anak nakal yang sukanya tawuran. Masih belom terjawab sampai sekarang.
Neichi, mempunyai ciri fisik yang hampir sama dengan evalina. Tinggi, putih, cantik, dan tentu saja salah satu anak pintar di kelas serta menyandang jabatab sebagai ketua kelas. Mereka berdua duduk satu bangku, banyak ditaksir sama cowok2 satu sekolahan juga.
Tapi jujur, tak ada rasa apapun dalam jiwaku jika melihat mereka berdua, artinya tidak ada cewek yang aku taksir selama kelas 1. Singkat cerita, evalina hanya menyelesaikan satu semester bersama, selanjutnya dia pergi ke SMP yang lebih favorit, dan pertanyaan dalam hati mengapa dia mau masuk SMP yang “terbelakang” ini, masih tidak terjawab. Neicha pun sudah tidak seperti pinang dibelah dua lagi, karena evalina sudah pergi dari kelas kita, dan hanya sedikit kenangan yang mampu diingat. Sekedar info, evalina sekarang meneruskan di perguruan tinggi ternama di kota Surabaya angkatan 2008. Dia lebih cantik dari sebelumnya, dan lebih anggun. Namun ironisnya dia tidak mengenal aku, meskipun informasi tentang dia sering aku dapatkan. Yang bisa aku lakukan adalah .,., hahahaha , iya, hanya tertawa.

Nb : mengapa memakai kata “aku,kamu” daripada “gue,elo”, karena aku adalah anak asli jawa, yang biasa mengucapkan kata “aku,kamu”, bukan anak asli betawi yang mengucapkan “gue,elo”. Harap dimengerti, ini karena tentang identitas, dan kata “aku,kamu” adalah mencerminkan identitasku.
Next, ada part 2.

By BIBIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar