Minggu, 02 Januari 2011

Tahun Baru Yang Tetap Lama

Tahun baru memang secara periodik terus berganti tiap 365 hari sekali, namun perayaannya sudah mengalami perkembangan. Pada jaman dulu, mungkin hanya perayaan sederhana yang dilakukan, dari acara tingkat kampung dengan tanpa acara alias biasa2 saja (warganya tetap tidur di bawah jam 12 malam seperti biasa), atau perayaan tingkat kota dengan menyalakan kembang api ukuran mini harga mahal.

Pada pergantian tahun 2010 ke 2011 kemarin, jujur tidak ada rencana untuk mau kemana, jalan ama siapa, mau ngapain, pergi kemana, dan sebagainya. Sebagai “mahasiswa salah jurusan”, aku malah terpikirkan oleh tugas besar yang tak pernah aku pahami maksud dari “souece code” dalam software bernama Dreamweaver. jam 13.25 aku berada di kos teman dengan disuguhi snack dan air putih, mencoba mengutak-atik pekerjaan kampus yang hampir bikin mampus. Tapi sebenernya sih, temen yang ngerjain, aku ya cuman bagian pendukung ajah, hehe.

Tak lama ada sms masuk di hp dual-sim kebanggaanku,
G.Irfan : iki acarane yo’opo? Ahaha. (translate = ini acaranya apa? Ahaha)
Aku : wah, aq yo bngung, enak’e piyeh? Bakar2 opo kebun teh? (aku juga bingung, enaknya gimanan? Bakar2 atau ke kebun the?)

G.Irfan itu teman kuliah, biasanya anak2 manggil CACINK, entah cacingan atau kenapa orang ini dipanggil cacink, tidak tahu juga, yang penting ngikut ajah manggil dia cacink. Cacink berasal dari daerah bernama TULUNGAGUNG, daerah penghasil marmer terbaik di Indonesia. Orangnya asyik, namun jarang bercerita, apalagi mengenai kehidupan pribadinya. Tapi aku yakin dia tetap mempunyai gadis pujaan sama seperti kita2 ini. Haha. Karena Cacink juga belom ngerjain tugas besar, otomatis setelah dia sms, cacink langsung meluncur ke TNG = Tempat Ngerjain Tugas.

Mengerjakan tugas akhirnya berubah menjadi perbincangan untuk merayakan tahun baru seperti apa dan dimana. Perpindahan topik yang memang aku harapkan, sudah bosan dibuat dengan tugas kuliah yang deadline’nya semakin pendek. Selain ada cacink, disitu juga ada Faris, Zen, dan pasukan cewek Mbak Yul, Catur, Nita, Nova. Ide mulai bermunculan, dari hanya sekedar nongkrong di pinggir jalan, beli petasan, lihat bintang di daerah bukit, acara ngopi biasa, dan sebagainya. Sampai pulang ke kos pun masih belum ada bayangan mau ngapain. Topik tetap dibahas di kosku, kos yang dinamai anak2 dengan sebutan kos CEMPE, dijadikan atau diibaratkan sebagai basecamp anak2 informatika 08 class G. tidak sengaja juga sih kenapa disebut CEMPE, mungkin karena aku dan teman2 yang kos situ suka nyebut kata CEMPE.

Di cempe, kita bahasnya bareng Cacink, Zen, Faris, Nizar, dan Rifan. Bahas tentang merayakan pergantian tahun, tapi masih belum tahu siapa saja yang bisa ikut atau tidak. Jam sudah berada di pukul 17.01 namun tidak ada titik temu. Finally aku dan cacink memutuskan untuk keluar dan mencari sesuatu yang bisa dibeli untuk dapat “digunakan” waktu tengah malam, tujuan kami adalah mall di tengah kota. masuk mall langsung menuju tempat hasil ikan dan lauk. Tanpa sengaja aku menemukan objek menarik, ayam panggang berjejer rapi seperti barisan anak pramuka, dan terlihat harganya dipampang dengan bandrol Rp. 22.900 diatasnya ditulisin HARGA PROMOSI, tidak peduli harga promosi atau harga mati , yang penting objek makanan sudah didapat, kami mencoba beli 2 potong.

Saat minta tas plastik di tempat penitipan barang, mbak yang jaga senyum2 trus, ramah punya orangnya.
Aku : Mbak, boleh minta tas plastiknya?
Mbak penjaga : o iya, boleh, buat apa mas?
Aku : buat bawa ayam panggang ini mbak? (saya masih lebih muda mbak. )
Mbak penjaga : wah, banyak yang beli mentah, ko mas’nya malah beli yang udah matang.? hehe
Aku : biar ngga kelamaan mbak. * sambil senyum dan berjalan.
Hitung dalam calculator hp dual-sim, Jagung 6000 * 2 = 12000. Ayam panggang 22.900 * 2 = 45.800. total sementara = 47.800

2 ayam panggang sudah ditangan, tinggal menyiapkan bumbu biar lebih mantap dan nikmat. Saat mau kluar mall, ternyata hujan turun cukup lebat, kami pun memutuskan kembali ke mall dan seperti anak ayam kehilangan induknya, tak tahu mau ngapain dan kemana lagi. Yang bisa dilakukan hanya bisa duduk termenung sambil melihat orang2 gaya hidup mewah wara-wiri di depan kami.

Tanpa peduli hujan masih turun, kami memutuskan balik ke kos dengan resiko bermandikan air. Perjalanan pulang ke kos, kami melihat objek yang menggoda iman, bukan cewek dengan tampilan hot pant pamer paha, tapi yang menggoda iman itu jagung dengan bentuk lonjong dan banyak beredar di jual sepanjang jalanan yang kami lewati. Tanpa pikir panjang, kendaraan dihentikan dan mencoba bertanya ke ibu penjual.

Aku : bu, tumbas jagung’e mentah saged bu? (translate : bu, beli jagung mentahnya bisa?).
Ibu penjual : saged nak, tuku piro nak? (bisa nak, mau beli berapa?).
Aku : pintenan bu jagunge? (berapa’an bu jagungnya?).
Ibu penjual : sak kilo’ne 6 ewu nak. (per kilo’nya 6 ribu).
Aku : tumbas kale kilo mawon bu. (beli 2 kilo saja bu).

Itu akan menjadi percakapan bersejarah dalam catatan hidup seorang bernama AHMAD LIASHHABIL YAMIN, alias aku sendiri, hehe. Ya, bersejarah karena itu adalah pertama kalinya aku membeli jagung sendiri, meskipun di kampung sering liat ibu2 tawar-menawar barang2 seperti sayur dan buah kayak gitu, tapi aku baru sekali ini melakukannya sendiri. nice moment.

Perjalanan dilanjutkan menuju kos tercinta, sedikit gerimis tapi tetap menikmati rintikan kecil air menghujam tubuh dengan diiringi bunyi kendaraan dan sorot lampu mobil2 mewah yang membuatku bertanya2 kapan aku bisa memiliki barang mewah seperti itu. Tiba2 terlintas dan tersadarkan dibenak, “ini kan acara bakar2, yang dibakar sudah ada, yang ngebakar juga ada, tapi bara yang buat bakar uda ada belom ya?”. Jisssss,. Bodoh, kelupaan buat beli arang. Paling simple otomatis sms anak kos yang lainnya.

Aku : ris, tolong beliin arang buat bakar2nya, kita sudah beli ayam yang sudah mati+ jagung yang uda dipetik. (send to G.Faris).
G.Faris : iya, barusan aku uda beli arang.

Yang dibakar sudah ada, yang buat bakar sudah ada, dan yang ngebakar juga pastinya sudah ada. Wah, tinggal nunggu jam pelaksanaannya aja nih. Masih pukul 19.27, masih punya waktu lama buat tidur sebentar, ingin sekali merasakan empuknya kasur kamar kos, meskipun kasurnya sudah sedikit bulukan, tapi tetep nyaman jika sudah membaringkan badan diatasnya. Namun saat nyampek kos, lagi2 kecewa, listriknya mengalami gejala penyakit tegangan rendah, seperti orang2 yang punya penyakit darah rendah. Tak bisa nonton tv atau menikmati music, tapi tetap bisa tertidur dengan kurang nyenyak.

Cacink dan Zen pergi ke tempat Arif (Tajab), dipanggil anak2 Tajab, karena dia berasal satu daerah dengan orang yang kena kasus kriminal bernama Tajab pula. Biar solidaritas sesama kota, ya kita panggil ajah dia Tajab. Mereka berdua ada urusan bentar dengan Tajab, habis itu aku mulai merasakan mimpi kosong (tertidur).

Pukul 21.47 terbangunkan oleh suara musik membahana, ternyata listriknya sudah menemukan obat penawar untuk normal kembali. Yang aku rasakan adalah lapar dalam perut, mau kluar cari makan juga malas, di kos juga ngga ada yang dimakan. Cara simple yang biasa dilakukan ya “nitip temen”.

Aku : Zen, lek balik nang kos, titip mangan siji yo, tersera pokok’e ojok iwak. (send to G.Zen).

Sudah beberapa menit tapi ada balas’an, apakah tidak dibalas tanda persetujuan aku pasti dibelikan makan, ato malah yang sebaliknya. Menit terus berlalu dan tiba2 Zen sudah muncul di depan mata, hp sony-ericsson tidak dibuka saat ada sms masuk.

Zen : loh bil, gak ngerti aku, sektas buka hape, cba titip’o cacink wes.
Aku : iyo gpp, cacink nang endi? Yowes tak sms’e.
Mau mengetik sms dengan kata2 hampir sama, jari sudah mulai memainkan perannya, terbayangkan enaknya makanan. Ketika akan ngeklik kata SEND to G.IRFAN, ada suara langkah kaki terdengar dari bawah, menuju ke atas. Terlihat sesosok manusia muncul dengan perawakan tinggi sedikit kurus, Caciiinnkk,., wuah, yang mau dititipin makan ternyata sudah ada disini juga. Zen menyahut dan bilang untuk titip makan ama Tajab aja.

Zen : coba titip’o tajab wae le.
Aku : arek’e durung budal ta maeng?.
Zen : durung, sms’en wes, aku yo titip.
Cacink : aku pisan bil.
Aku : dadi titip 3 yo, tak sms wes. “Jab, titip mangan 3 isok?. Sembarang seng penting ojok iwak”. (send to G.Tajab).
Tajab : “isok, sembarang yo, soale rame bil.” (Received from G.Tajab).
Aku : ok, siip.,.,

Sambil menunggu datangnya makanan, online bentar kayaknya asik juga. Saat buka situs2 jejaring social, isinya sama semua. Statusnya pada menandakan sedang merayakan pergantian tahun. “Tahun baru neh sepi, coz ngga pnya pacar”, “with my family to watch pesta kembang api”, “lg tahun baru’an ama pacar neh, sneng bgt deh.” * emangnya mau ngapain yak o seneng? (slub-slub mungkin, haha).

Bosan melihat dunia online yang intinya membahas pergantian tahun, nonton tv kayaknya asik juga. Banyak film bagus ditayangin, tapi semuanya dah pernah nonton. Ya, secara terpaksa mengulang atau mereka ulang menonton film yang sama. *perut semakin lapar…

Sang pahlawan datang membawa “kehidupan”, Tajab membawa kehidupan berbentuk nasi goreng bungkusan harga 6 ribu berjumlah 4, murah meriah yang penting tidak kelaparan. Untuk dihabiskan bersama dengan tempo dan waktu yang sesingkat-singkatnya. Mengincip satu pulukan pertama, rasanya pedas mantap, rasanya enak seperti bentuk luar yang merah merona. Cukup dengan beberapa menit nasi goring sudah berpindah tempat dari bungkus kertas karton ke dalam bungkus lambung perut.

Received Message from G.Afri
Afri : bil, aq wes ndek SOB (cafe), arek2 gak metu ta?
Aku : merinio, iki engkok ajange bakar2 ndek kos. Koen nang SOB ambek sopo?
Afri : aku dewean, lek ngopi wae wes aq melu.
Aku : o ywes, mariki aq brangkat ambek cacink, zen, faris, tajab, nazir, rifan.
Afri : ok.

Kami langsung otw (on the way vs oyi tok wes), berangkat menuju tempat afri berada. Afri alias Mat atau empunya distributor pupuk berlabel ASRI JAYA PS. Ciri khas rambut keriting melingking, kalo sekilas dilihat memang seperti Tarzan Cilik dalam game PS 1 jaman dulu. Sama2 sayang rambut panjang, ujian pun dia memakai wig.

20 menit’an nyampek juga di cafĂ© bernama SOB dengan menu khas STMJ. Menjajarkan 4 bangku ukuran mini, dibawah rindangnya pohon beringin yang berangin. Dan setiap angin datang maka tetesan air bekas hujan turun membasahi badan kami. disitu sebelumnya Afri sudah duduk termenung yang ternyata ditemani oleh ceweknya Maya.

Mungkin memang tujuan asli kami hanya menghabiskan detik2 terakhir di tahun 2010 dengan sekadar ngopi dan ngobrol2, sesekali kami memperhatikan letusan kembang api di langit berselimut mendung, cukup indah. Sambil bermain kartu remi ala poker jawa, permainan orang2 nganggur di kos.

Dan tak terasa, aku sudah menjejakkan sejarah untuk hidup di hari pertama tahun 2011. Hidup yang menurutku biasa2 saja tanpa keistimewaan. Mata kuliah yang selalu ngga bisa, ngga punya cewek gara2 ditolak terus, mungkin tidak ditolak tapi baru deketin aja ceweknya dah kabur karena ill feel, hidup di kota orang dengan uang pas2an, maklum sebagai anak petani desa tak punya harta mewah pastinya.

Pukul 00.34 kami memutuskan pulang balik ke kos, Afri absen untuk ikut buat nemenin ceweknya. Yang terlupakan ayam panggang dan jagung dalam kamar, segera balik dan tak boleh istirahat langsung bergegas bekerja membuat kegaduhan untuk dimakan. Sesampainya di kos, bara langsung disiapkan, arang ditumpuk sedemikian rupa dengan bentuk tak beraturan. Memakai bensol kepunyaan Faris sebagai pemicunya, dengan asal semprot ke muka bara arang. Kipas2 kayak tukang sate pake peci yang khas dan logat nada teriak “sate,.sate,.” melengking tinggi.

Semua mengerti untuk mengerjakan tugas masing2 tanpa diperintah. Faris dan Cacink bikin bara untuk arang, Aku menyiapkan piring, Tajab bikin racikan bumbu campuran dengan bahan ala kadarnya, mentega & saos sambal. Tetap nendang rasa bumbunya. Nazir, Rifan, Nizar, dan Zen menyesuaikan untuk membantu apa2 yang dirasa kurang.

Jagung menjadi korban pembakaran pertama, dibalik2 dan diputer2 bermenit2, matang juga jagungnya, sambil bakar bisa makan jagung juga. Gigitan pertama pada jagung yang sebelumnya nampak layu dibungkus kulit lembut dingin, “Kriuzz”, mungkin kata itu yang bisa mengibaratkan seberapa enak gigitan pertama pada sang jagung bakar. Bener2 ngga nyangka rasa jagungnya nikmat banget. Ketagihan menyelimuti lidah dan gigi gosong bekas arang yang nempel pada jagung. Bener2 nikmat dan mantap jagung bakar ala chef anak2 cempe.

Yang dinanti pastinya saat membakar ayam setengah matang hasil pembelian aku & Cacink di mall tengah kota. 2 potong ayam bersiap dan sudah diolesi bumbu campuran ala Tajab, “Crezzz” bunyi diiringi bau harum tertiup alunan angin sepoi2 saat ayam mulai ditaruh pada bara api. Hidung merasakan kenikmatan udara sesaat sebelum tersesak kembali oleh kepulan asap yang sedikit membumbung tinggi. Ayam pertama usai dibakar, begitu juga ayam kedua. Saatnya untuk menyantap rame2 hasil kreasi kami berupa 2 potong ayam. Kebetulan saat itu yang hadir ada 8 orang, maka kami sepakat untuk membagi 1 potong ayam dimakan 4 orang. Aku, Cacink, Faris, dan Tajab melahap ayam kedua, agak sedikit gosong namun matangnya merata dan bumbu lebih merasuk sampai ke tulang rusung ayam yang sudah terkapar mati itu. Sedangkan Zen, Nazir, Rifan dan Nizar menyantap ayam pertama, terlihat sedikit mentah, tapi mungkin dipiran mereka, “yang penting bisa dimakan”.

Ayam bakar tak tersisa sedikitpun di piring, semua bertransmigrasi ke dalam lambung 8 orang lelaki.
G.Faris : “Rek, iki patungan berapaan?”
Aku : “Nah, iki seng ngga enak rek”.
G.Zen : “iyo, haha, piro’an iki, maeng entek’e piro she bil?”.
Aku : “ayam 22.900 * 2 = 45.800, jagung 12.000, arang 10.000, bumbu 6.500. Total = 74.300. ben enak digenepno 75.000 wae yo. Dadine 10’an urunane”.
All : “ok,. Sip.,”.

Kluar ngopi sudah, bakar2 sudah, bayar sudah, beres2 juga sudah. Ya sekarang waktunya nyantai sambil mempedengarkan alunan music melalu computer jinjing, pilih lagu slow2 dari album “A Tribute to Blink-182”, terdengar alunan lembut petikan gitar dari lagu cover Dammit by The Dark Line.

It's alright / to tell me / what you think / about me
I won't try / to argue / or hold it / against you
I know that / you're leaving / you must have / your reasons
The season / is calling / and your pictures / are falling down

The steps that / I retrace / a sad look / on your face
The timing / and structure / did you hear / he fucked her?
A day late / a buck short / I'm writing / the report
I'm losing / and failing / when I move / I'm failing now

And it's happened once again
I'll turn to a friend
Someone that understands
Sees through the master plan

But everybody's gone
And I've been here for too long
To face this on my own
Well I guess this is growing up
Well I guess this is growing up

And maybe / I'll see you / at a movie / sneak preview
You'll show up / and walk by / on the arm / of that guy
And I'll smile / and you'll wave / we'll pretend / it's okay
The charade / it won't last / when he's gone / I won't come back

And it's happened once again
You'll turn to a friend
Someone that understands
And sees through the master plan

But everybody's gone
And you've been here for too long
To face this on your own
Well I guess this is growing up


Lagu dammit mengiringi dinihari yang sunyi tanpa kekasih namun tetap indah bersama sahabat2 sejati.

By BIBIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar