Senin, 03 Januari 2011

Seng Tuku Ayu Tenanan

Dalam perhitungan berjalannya hari, Jumat adalah hari yang menandakan akan adanya akhir pekan. Bagi umat muslim taat, jumat merupakan hari kebesaran dan sacral, bahkan dianjurkan untuk lebih banyak beribadah serta menghentikan aktifitas rutin harian sementara. Ustadz dan Da’I menjadi incaran masjid2 & musholla untuk menyampaikan ceramah agama yang terkadang ditumpangi suatu kepentingan.

Sebagai muslim aku menunaikan shalat jumat tiap minggunya dan 4 kali tiap bulan. Masjid bernama Ar Fachrudin, masjid kampus tempatku bersujud dalam rintihan dosa yang menumpuk di jiwa tersakiti oleh cacatnya kehidupan. Biasanya aku pergi juma’atan dengan Nazir, teman kos seksi konsumsi, disebut seksi konsumsi karena paling sering dititipin teman2 untuk cari makan dan camilan. Dengan motor Jupiter Z biru dikirim langsung oleh orangtuanya dari tanah borneo nan indah, tidak hanya alamnya, wanitanya juga indah (menurutku). Nazir, mahasiswa matematika computer angkatan 2008 bermata sipit berperawakan agak pendek namun sedikit lebih gempal. Lincah dalam bertindak dengan khas bicara cepat logat orang dayak.

Jumat itu seperti jumat2 biasanya, pagi hari di kos cempe tak ada kegiatan berarti, hanya browsing dan menonton tv. Jam sudah di 11.32
Aku : e bungul, ayo jumatan?.
Nazir : yo, ayo. (sudah sedikit mulai lancer berbahasa jawa).

Beberapa minggu terakhir ini, aku amati suatu ritual aneh yang dilakukan bocah bungul asal kalsel tersebut. Tiap pagi adalah waktu dia melakukan ritual itu. Membutuhkan air yang cukup banyak untuk melakukannya. Motor pasti diparkir di tengah lahan parkir mini kos dengan posisi standar tengah. Ritual itu “cuci motor”, entah petunjuk dari dukun atau paranormal mana orang ini ko tiap jumat nyuci motor. Apa emang dianjurin ya kalo jumat itu ngga badan/manusia ajah yang harus bersih, motor juga harus bersih. “jangan2 motor ini tiap jumat ngelakuin “mandi besar” bareng2 ama yang punya ya”? haha.

Mungkin karena saking sayang ama motornya kali ya,? Anehnya lagi, uda tauk kalo jumat siang/sore gitu sering hujan, e malah masih tetep aja dimandiin tuh motor. Dipake jumatan kehujanan, pulangnya dicuci lagi. Kalo motornya kena hujan langsung dimandiin/dicuci, kenapa orangnya ngga sesering gitu juga ya mandinya? Haha.

Motor sudah dipanasin, langsung cabut berangkat shalat jumat bersama saudara Nazir Bungul. Sesampainya di masjid, mencermati khutbah menjadi sesuatu yang menarik karena disampaikan dalam bentuk persoalan2 nyata dalam kehidupan sehari-hari, tidak lagi monoton seperti jaman dulu yang inti ceramahnya itu2 saja tanpa ada contoh implementasi yang jelas pada kehidupan nyata, terutama saat perkembangan jaman mulai menggila seperti ini.

Ibadah khusyu’ shalat jumat telah terlaksana, waktunya melanjutkan aktifitas idaman di atas kasur bulukan ditemani selimut bergaris2 dengan warna dasar putih ala selimut di kamar rumah sakit. Tidur, kegiatan menjenuhkan tapi nikmat dilakukan. Apalagi bisa berselancar dalam mimpi bermakna yang diidam-idamkan di kehidupan nyata namun tak pernah tersampaikan.

Terdengar suara pintu terbuka tanda kehadiran seseorang, ku mulai membuka mata meski terasa berat akibat kantuk yang tetap tertahan dalam benak. Sambil menciutkan mata dan mulai jelas terlihat, aku baru sadar kalau itu Cacink. Ya, Cacink memang sering main ke kos Cempe, sebenernya tidak hanya Cacink saja, semua class G informatika 08 kayaknya sudah pernah ke Cempe atau minimal sudah kenal dengan anak penghuni kos cempe. Ada tugas, ngerjain bareng di cempe. ada masalah, dibahas bareng2 di cempe. Ada acara, bahas konsepnya, bareng2 di cempe. Mungkin karena pada dasarnya Cempe itu lebih melambangkan persaudaraan yang artinya nilai kekeluargaan lebih dijunjung tinggi dalam tiap2 individu. Jadi anak2 merasa nyaman untuk main di cempe. Rasa kekeluargaan itu muncul tinggi karena merasa senasib sepenanggungan, maknanya adalah kami sama2 mahasiswa perantau yang mencoba mencari ilmu dan peruntungan di kota orang.

Cacink : “bil, turu tok wae koen iki” (sambil senyum2).
Aku : “nganggur le, kate lapo maneh, bosen. Koen teko endi le?”.
Cacink : “teko kos, koen gak kuliah ta?”.
Aku : “kosong kabeh le dino jumat. E, mariki tak ajak njupuk banner ambek foto yo?”.
Cacink : “ok wes”.

Pada semester 2, aku mulai tertekan dengan rutinitas kuliah yang tak pernah aku pahami. Bahasa pemrograman terlalu rumit dan sulit di cerna dalam otak. Di benakku selalu berkata “Siapa ya yang nyiptain bahasa computer kayak gini, otaknya kayak apa, bentuknya seperti apa otaknya.?”. menghabiskan waktu dengan porsi 87% nganggur/tdk ada kerjaan dan 13% ada kerjaan, itupun mungkin Cuma kuliah mengisi presensi penuh dan dosennya merasa kalo aku anaknya rajin meskipun tidak bisa apa2. Berharap itu mempengaruhi nilai akhir yang keluar.

Karena faktor lebih banyak nganggur gitu juga lah, aku memutuskan untuk mencari kegiatan mengisi waktu yang terbuang sia2. Ikut organisasi di kampus adalah pilihanku waktu itu, dan memutuskan untuk daftar jadi fungsionaris lembaga intra himpunan jurusan. Tak menyangka aku mendapat pengalaman banyak disitu, terutama dalam hal berbicara dan membuat konsep acara. Setahun berselang aku memutuskan mendaftar lagi sebagai fungsionaris lembaga intra, kali ini lembaga yang membawahiku adalah Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Fakultas. Di dalamnya aku mendapat pengalaman yang beragam lagi, cukup menyenangkan dan berkesan.

Nah, buat desain banner itu salah satu kerjaan waktu menjadi fungsionaris BEM, karena saat itu BEM mengadakan acara Student Day untuk mahasiswa baru yang dilaksanakan tiap hari sabtu selama 7 kali. Ya otomatis tiap mau akhir pekan aku kebagian untuk bikin banner buat acara Student Day tersebut.

Aku : “wes cink, ayo berangkat saiki”.
Cacink : “ok”.

Mengendarai motor Vario keluaran tahun 2008 dengan corak hitam-pink, sedikit sentuhan pada jok yang berubah warna jadi putih-pink. Kalem tapi tetap elegan, dan santun di jalanan. Nyampek di tempat pengambilan banner, langsung cabut lagi menuju tujuan berikutnya, ambil foto di tempat teman.

Aku : Yas, metuo aku wes nang nggarep. (send to HM.Tyas).
HM.Tyas : yo,

Tyas, wanita asal daerah Banyuwangi, berperawakan besar gempal namun berkepribadian baik seperti ibu2 PKK. Tampilan luar terlihat kayak sudah punya anak 5, dengan perut sedikit ke depan. Meskipun badan besar, tapi hatinya lembut. Aku mengenalnya saat masuk organisasi intra himpunan jurusan, sampai berlanjut ke badan eksekutif mahasiswa fakultas. Mungkin karena sudah kenal akrab itu, aku sering ngolok2 dia. Ya, semua itu hanya konsumsi buat bercanda saja, tidak ada maksud lain. Dia pun juga paham aku orangnya “urak’an kalo ngomong”, bahasa2 jawa asing akan bermunculan, haha.

Menunggu di motor bersama Cacink, menatap ke jalanan yang selalu merasa tersakiti oleh injakan ban kendaraan bermotor, beban terlalu berat bagi badan aspal yang tiap tahunnya mendapatkan perbaikan. Sorot lampu mobil berkilauan layaknya petir di langit bersautan. Saat posisi Cacink menghadap tempat kos Tyas, dan aku menghadap jalanan, muncul makhluk indah dari balik gang sebelah warung kopi, memakai kaos putih dan celana pendek khas anak muda jaman sekarang. Menutupi halus lembut kulitnya yang putih merona-rona. Layaknya sorotan lampu berjalan melewati tepi jalan tak rata, rambutnya hitam mengkilat, lurus indah tak terbatas. Wanita itu sungguh mempesona, “makhluk indah dari balik gang”. Pikiran tidak sadar, sudah melayang2 ke angkasa, “andaikan aku bisa mengenalnya”. Namun tiba2 tersentak oleh bentakan suara wanita besar sedikit kasar.

Tyas : “Woooiii bil, ayo ko. Endi flashdiskmu?”.

Terlihat wanita bertubuh gempal menyelinap lewat pintu dengan susah payah, pintunya sudah lebar besar namun kelihatan kecil, mungkin karena yang lewat terlalu besar kali ya? Haha. Sambil berjalan ke tempat Tyas duduk, Aku memberi kode kedipan mata untuk Cacink, biar dia liat “makhluk indah dari balik gang”. Dan kami terpaku terpanah terbata-bata melihat Dia berjalan menyebrang, posisinya hanya berdampingan dengan kami. Warung Lalapan Ayam Kremes, Dia beli makan di tempat itu. Meskipun tidak merasa lapar dan tidak merasakan kekosongan perut, namun tetap saja Cacink aku suruh beli lalapan disitu.

Aku : “wes tuku’o mangan cink, ay owes ambek aku” *memaksa.
Cacink : “gak lesuh bil, mosok tuku mangan?”
Aku : “gak popo wes, seng penting isok nontok arek wedok iku.”
Cacink : “ok lek ngunuh”.

Ijin ke Tyas, untuk aku tinggal bentar, pura2 ada urusan dikit, Dia lagi duduk sendiri depan took sebelah kos sambil utak-atik laptop.

Aku : “iki flashdisk’e yas, tak tinggal sek yo, diluk”.
Tyas : “nang endi koen, jangkrek arek iki”
Aku : “sektah, diluk tok wae loh, ok2”. * senyum2.
Tyas : “pasti arek wedok kn!!”.
Aku : “hehe”.

Setelah ngasih flashdisk ke Tyas, tanpa peduli ibu PKK itu aku hiraukan, dan berjalan ke arah “makhluk indah dari balik gang” tersebut. Dari jauh sudah merasa kagum seperti itu, apalagi kalau lihat dari dekat ya, kayak apa neh cewek indahnya?. Kami sampai di warung, pesan makanan 2 bungkus dengan porsi sama Ayam + Tempe. Cewek itu duduk menghadap kea rah berlawanan. Setelah kami memesan dan duduk, tiba2 dia berbalik badan dan menuju ke arah seorang ibu untuk menyapa. Saat Dia melewati kami, disitu terlihat jelas wujud dari “makhluk indah dari balik gang”.

Dalam benakku sudah muncul bermacam2 kata buat ngegambarin cantiknya tuh cewek, “jangkrek, ayu tenan rek bocah iki. ibu’ne ngidam opo yo biyen ko isok koyok ngonoh wajah’e. mangan’e yo podo saiki lalapan ayam, tapi ko kulit’e arek iki isok putih + wjah’e isok ayu tenan yo?” (buset, cantik benar cewek ini. Ibu’nya ngidam apa ya dulu ko bisa kayak gitu muka’nya. Makannya Dia sekarang juga sama am kita, Lalalpan ayam, tapi ko kulitnya anak tuh bisa putih + muka’nya bisa cantik gitu ya?).

betapa Indah dan lembut wjahnya. Kulitnya putih mulus terurus. Tingginya semampai sesuai bentuk bodi’nya yang pas. Rambutnya hitam panjang nan kemilau. Perfect dan sopan neh anak.

Wuahh, tapi saying, ngga bisa kenalan. Kami neh kan laki2 kurang percaya diri, terlalu ajaib untuk bisa kenalan ama cewek secantik itu. Butuh lebih dari sekedar kata keajaiban. Pikirku, kenapa ngga aku tabrak pake motor aja ya cewek neh, biar ntar aku bisa nolongin dan akhirnya kenalan. * ide yang bagus. Tapi ntar kalo aku malah dihakimin massa gimana, malah mampus duluan aku sebelum bisa kenalan. Trus ntar malah dia jadi cacat lagi, kakinya diamputasi gara2 ditabrak sama orang yang namanya Bibil dan Cacink. Bisa nyesal seumur hidup, bikin cacat orang secantik itu. .hnmh, dipikir2 lagi, ide kayak gini, terlalu goblok juga ya.

Cewek Cantik : “jadinya berapa pak?”.
Penjual Lalapan : “12 ribu mbak, ”. * melirik dikit2.
Cewek Cantik : “ini pak uangnya, makasih ya pak”.
Penjual Lalapan : “iya, sama2 mbak”. * ngelus2 dada lalu bilang, “wayuhne rek arek iku” (Cantiknya anak tuh).

Kami cuman bisa ngeliat cewek tuh ninggalin warung lalapan, tanpa bisa berkata apa2, hanya kekaguman yang terpendam dalam benak kami. “Seng tuku Ayu Tenanan”, plesetan dari lagu Endank Soekamti berjudul “Asu Tenanan”.

Sandalku digondol asu
Tak gebhuk sapu
Sing duwe metu
Guk..guk..guk...
Asune cilik keloro-loro
Sing duwe teko

reff : Ayu tenan.
Na...na...
Sing duwe ayu tenanan
Manis tenan
Na..na...
Sing duwe manis tenanan

Guk-guk...guk
Asune cilik
Kayak sandalku ora gondo guna
Ora po-po yen sing duwe asu
Gelem tak bojo
Iku aku terima

Kenalan goro-goro asu
Terus marahan goro-goro sandal

Kau lewat depan rumahku tiap hari
Dengan anjingmu yang seksi sekali
Berapa lama aku tahan lagi berdiam disini saja...!!!

Reff’nya aku ganti kayak gini.

Ayu tenan.
Na...na...
Sing tuku ayu tenanan
Manis tenan
Na..na...
Sing tuku manis tenanan

Terhipnotis begitu lama oleh “makhluk indah dari balik gang”, aku seperti melupakan sesuatu. Tapi masih belom tersadarkan karena terbayang2 wajah cewek cantik itu menari2 di dalam otak. Cacink mengingatkanku tentang ibu PKK, hanya flashdisk yang kutitipkan untuk menemani badan besarnya.

Aku : “loh yo, waduh, badak jowo tak tinggal, lali aku. Ayo cink mrunu, ndang balik nang kos”.
Cacink : “ayo, ndang dipangan lalapan’e, mari nontok arek ayu dadi lesuh, haha”.

Tyas sudah masang muka galak tapi tetep aja tersenyum kembali melihat wajahku yang emang imut2 kayak bayi baru lahir.

Aku : “yas, wes mari transfer foto2e, sory yo rodok suwe. hehehee”
Tyas : “yowes lah nyoh. Iki loh flashdiskmu, yeopo? Wes kenalan? Endi seh wedok’e?”.
Aku : “yo mek isok nontok tok le, yeopo kenalan’e , mosok ujuk2 aku nyodornoh tangan trus njaluk kenlan. Arek’e lak langsung mikir arek iki waras ta igak yo”
Tyas : “wkakaka, yo nasibmu le.”
Aku : “asem, yowes, aku mbalek sek, suwon”.
Tyas : “ok nyoh.haha”.

Pulang ke kos, dengan masih tetap membayangkan wajah cewek cantik itu, makhluk indah dari balik gang. Cewek cantik yang beli lalapan ayam, aku mau jadi ayamnya. Hmhmh.

Ayu tenan.
Na...na...
Sing tuku ayu tenanan
Manis tenan
Na..na...
Sing tuku manis tenanan

By BIBIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar