Jumat, 22 Oktober 2010

Ibu tua dengan senyuman indah dan damai

Semenjak kecil dan bangkotan seperti ini, orang disekitar selalu berkhotbah dan berceramah tentang kebaikan dan kebajikan, tapi apakah yang menggembor-gemborkan hal seperti itu sudah melakukan tuntunan yang disampaikan kepada banyak orang dalam kehidupan sehari-hari mereka?. Tapi banyak juga orang yang melakukan kebaikan tanpa mengharapkan apapun dari apa yang dia lakukan, hanya rasa tulus dan perasaan yang sama sebagai makhluk yang serba kekurangan adalah dasar dari alasan tindakan tulus yang mereka lakukan.
Kita hanya sekumpulan manusia yang selalu mengeluh dan melakukan segala perbuatan hanya berpikir “apa ada manfaatnya ngga yha buat aku”? apa tidak pernah terlintas di otak kita “apakah hal ini bermanfaat untuk kaum yang membutuhkan”? apakah dengan cara/hal ini dapat membantu memperbaiki kehidupan mereka yang kesusahan.? Pernahkah kita berpikir, apa saja yang sudah kita lakukan untuk membantu sesama? Perbuatan apa yang mencerminkan kita pernah menolong yang kesusahan? Pantaskah, kalau kita hanya mengeluh dan hidup dengan keegoisan.?
Ketulusan adalah harga yang sangat mahal dan sangat langka untuk ditemui di dunia. Ketulusan merupakan prilaku sesosok manusia yang indah melakukan sesuatu karena dasar saling cinta sesama. Temukan orang yang tulus, dan belajarlah bagaimana dia untuk hidup, dan menghargai hidup. Semua orang memang pasti mati, tapi tidak semua orang hidup dengan “benar-benar hidup”. Satu hal yang pasti, ketulusan adalah cermin dari kehidupan yang sesungguhnya, karena dengan tulus, kita tidak akan terbebani oleh apa yang kita kerjakan, meskipun hal itu sekalipun tidak kita sukai, tapi dengan tulus, maka semuanya akan terasa indah dan bermakna.
Tulisan ini aku buat tepat setelah mendengar kabar wafatnya guru SMA pengajar Bahasa Arab, seorang Ibu tua yang setiap hari mengajar anak didiknya dengan menempuh perjalanan didampingi tukang becak saat pagi-pagi buta. Seorang ibu tua yang mengajar tulus apa adanya tanpa mengharapkan akan dikenang saat anak-anak didiknya mulai sukses dan hidup berkecukupan, ibu tua yang datang melewati pagar sekolah dengan sejuta senyuman manis yang indah dan damai. Sekarang dan detik ini, Jumat 22 Oktober 2010 pukul 09.05 WIB, beliau menghembuskan nafas terakhir, nafas yang terbang bersama malaikat yang sudah menjadi sahabatnya. Pintu gerbang kehidupan abadi menjemput, terima kasih Ibu Nurjannah. Senyum yang tak mungkin terlupakan sepanajang nafas masih terhembus dalam diri murid-murid ibu. Kan kami kenang kata-kata yang terlantun indah dari ucapan dan hati tulus ibu.

By BIBIL

Rabu, 20 Oktober 2010

Mengalami Kepalsuan

Teman, terkadang hanya selir’an semata bagi kita, tapi apakah pernah kita sadari bahwa teman adalah faktor besar dalam kesuksesan kita. Terkadang teman mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar dari apapun, bahkan terkadang sebanding dengan keluarga. Dalam tulisan ini, aku mencoba mengulas tentang pertemanan. Yang mempunyai sisi kebahagiaan dan kepalsuan.
Kepalsuan, sesuatu yang tidak nyata dan tidak ingin kita lakukan. Karena tekanan yang kita terima, secara terpaksa orang akan melakukan kepalsuan, tentu saja itu juga sebanding dengan faktor intrapersonal juga. Dan pastinya kita pernah terjebak dalam lingkungan pertemanan yang palsu.
Kepalsuan akan membuat diri kita menjadi hambar, dan menjadikan kita sebagai virtualisasi dari orang lain. Pernah ada seseorang berteman dengan golongan highclass, yang penuh dengan kehidupan glamor, sedangkan dia hanya dari kalangan bawah yang untuk makan sehari 3x saja harus berpikir bermilyar kali. Apa yang terjadi pada orang tersebut, dia menutupi kehidupannya yang serba kekurangan, hidup dengan penuh kepalsuan, menutupi kekurangannya dengan bergaya highclass juga, menjadikan dia bohong sana-sini, hutang sana-sini, dikejar orang2 yang menagih, hidup dalam pelarian dan rasa takut yang besar.
Apa kisah seperti itu yang kita inginkan?, coba salami lebih dalam lagi apa arti teman yang sesungguhnya, teman yang sesungguhnya adalah teman yang mau berbincang kita dengan segala kekurangan kita. Teman yang tanpa melihat fisik dan kepalsuan semata, teman yang selalu melihat sisi positif dari hati kita yang tulus, benar-benar tulus ingin berteman tanpa embel-embel apapun. Karena menurutku, hakikat pertemanan adalah “SEMUA TEMAN ITU PENTING”, tidak mempedulikan fisik mereka cantik atau ngga, tampan atau ngga. Tidak mempedulikan materi mereka, kaya atau miskin, semuanya sebenernya ingin punya teman banyak. Popular atau ngga, yang penting itu teman kita, bodoh atau pintar, yang penting itu teman kita, dan pada dasarnya kita lebih nyaman hidup dengan system pertemanan yang menganggap persamaan hak kita sama, “SAMA RASA SAMA RATA”, dan tidak peduli latar belakang mereka dari highclass atau underclass, yang penting, “MEREKA ADALAH TEMAN KITA”.

By BIBIL

Selasa, 12 Oktober 2010

Zat cair pembawa hina

Percikan darah menyatu desahan nafsu
Tertumpah pada selimut putih
Derasnya keringat berkucur
Seiring cepatnya gesekan yang terjadi
Permainan kata dan lidah terasa pilu
Mencairkan kenikmatan semata
Tanpa berfikir efek selanjutnya

Pekikan suara terlantun lemah
Bernada menginginkan lagi, dan lagi
Dua lidah bertatapan saling hantam
Tiada henti gesekan semakin keras dan tak terkendali
Pecah keheningan dengan keluarnya zat cair pembawa hina
Semuanya terasa singkat tanpa ada reka ulang
Terjadi, dan musnahlah
Satu mahkota yang paling indah di dunia
Satu dan terus menjadi seribu
Seribu dan menjadi tak terhingga
Mahkota yang dulu diagungkan sekarang tak bernilai.
Cepat hilang, dan tak ada makna

By BIBIL

Menjadi cupu itu anugerah part 2

Kelas 1E, label yang selalu teringat jika ditanya kelas apa kamu?. Berisi sekitar 42 orang murid, dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda, Adzim salah satunya. Adzim teman sebangku yang sukanya tidur dan masa bodoh dengan orang lain, favoritnya hanyalah mendengar bel istirahat, lari ke kantin dan menghabiskan uang saku sepuasnya. Satu lagi favoritnya, mendengar bel pulang. Pasti dia akan lari kencang menuju angkot yang sudah siap berbaris rapi seperti anak pramuka yang lagi PBB. Sebelumnya pertemuan adzim denganku mungkin memang sudah dijodohkan (baca : sebagai teman sebangku), hari pertama MOS dia diantar oleh ayahnya yang ternyata lahir di desa tempat aku dibesarkan. Kita saling kenal dan ternyata kita sekelas. Yang paling khas dari Adzim adalah senyumnya yang tulus dan tanpa beban, dan seolah berkata
“persetan dengan semuanya, yang penting aku senyum ke semua orang”
Ya, senyum adalah sesuatu yang sangat indah untuk dilihat dan dirasakan, meskipun senyum itu datang dari orang yang belum kita kenal. Senyum ibarat pembawa warna dalam jiwa yang kesakitan. Senyum yang tulus datang untuk merobek rasa benci dan angkuh yang tertanam dalam roh kita. Senyum lambing dari kedamaian yang penuh arti dan simbol dari kejujuran dalam hati.
Bulan Agustus akan kita jalani, dengan berbagai perlombaan yang mulai tak aku pahami maknanya. Wali kelas member kuasa kepada Neichi untuk menunjuk teman-temannya mengikuti perlombaan. Dan, aku ditunjuk mewakili lomba adzan, pusing dah waktu ditunjuk tuh. Bukan masalah hafal adzan atau tidak, tapi yang ngga sanggup tuh dilihat begitu banyak orang. Protes, tapi tetap tidak diganti, hal yang diotak hanyalah mogok untuk tidak ikut. Saat perlombaan berlangsung, Neichi menangis melihat aku yang mogok tidak mau ikut, mungkin karena takut dimarahin oleh wali kelas. Akhirnya dengan terpaksa dan didorong oleh keinginan teman-teman (khusunya Neichi sang ketua kelas kita), berat hati aku ikut. Mendengar suara sound memanggil namaku.
“Ahmad Liashhabil Yamin, kelas 1E”
“mampus dah”, gumam dikit. Mengumpulkan kekuatan untuk malu, maju dengan menatap kebawah, saat sudah di depan lebih parahnya lagi jurinya wali kelas sendiri, rasa jadi campur aduk seperti es campur tanpa tape. Memulai adzan dengan nada salah dan sikap yang salah, mencoba melirik dewan juri, semuanya geleng-geleng kepala. Dan ada 2 kemungkinan orang geleng-geleng kepala, yang pertama karena kecapekan, yang kedua kecewa dan mau muntah ketika mendengar suara adzanku (saat itu aku yakin kalau mereka memilih opsi kedua).
Adzan selesai, lari ke kelas, duduk tenang di depan kelas yang sejuk, ketika menoleh ke sebelah kiri, astaga, ada pasangan lagi ciuman. Hmh, membuatku dilemma, antara beruntung dan ngga enak juga sehabis adzan lihat orang “bercumbu”. Kaki melangkah ke kantin, bertemu dengan teman-teman tuk menceritakan kemenangan ketenangan, bukan kemenangan membawa trophy, tapi hanya kemenangan kepuasan dan ketenangan.
Kemenangan kepuasan hati dan ketenangan merupakan kemenangan yang paling berharga dan bermakna dalam hidup ini. Meskipun kalian menjadi juara tingkat nasional ataupun tingkat internasional, tapi diri kalian tidak atau kurang merasa puas, maka kemenangan itu ibarat kekalahan yang sangat telak yang pernah kalian alami. Kemenangan kepuasan hati diatas segalanya, kemenangan kepuasan hati akan dapat membuat diri kita mengerti akan adanya kerja keras yang berbuah kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu akan terasa indah bila kita melakukan usaha atau kerja keras secara jujur dan tulus. Rumus:
Kerja keras tulus dan jujur + usaha = kebahagiaan dan kemenangan hati.

By BIBIL

Senin, 11 Oktober 2010

Seperti kotoran terhina

Malam datang diiringi alunan angin
Tulang terkikis oleh dingin
Berpikir dan tak paham
Lagi, dan tak paham lagi

Jika saja kamu iyakan waktu itu
Dan semuanya pasti akan berbeda
Seluruh jiwa kan berwarna
Dan senyumku kan terbuka lebar
Meskipun itu membuat wajahku semakin terlihat parah

Kalau saja kamu percaya
Maka ku ucapkan semua kata yang pernah ku tahu
Tanpa bahasa kebohongan dan keraguan
Dengan tatapan penuh arti
Ku habiskan detik tuk bicara pada lensamu
Dan memang tetap tak berarti di hadapanmu

Mencoba sempurna, tapi tak ada yang percaya
Dan tetap seperti kotoran terhina
Yang enggan kamu lihat dan rasakan

(nb : judul ini yang paling susah saya buat, jalan buntu.)
By BIBIL

sekilas tentang etika untuk tugas

1- Etika di keluarga : Menurut saya, etika di keluarga terbentuk didasari oleh latar belakang dan kebiasaan dari keluarga itu sendiri. deskripsi dari keluarga saya dengan orangtua berlatar belakang pendidikan pesantren dan hidup di desa dimana hubungan saling menghormati antar manusia sangat masih kental, sikap gotong royong dan tata krama masih dijunjung tinggi. Hal-hal seperti ini yang membentuk etika saya pada lingkungan keluarga, sebenarnya tidak hanya etika pada keluarga yang terbentuk tapi juga etika pada lingkungan sekitar. Dengan orangtua yang berlatar belakang pendidikan pesantren, maka yang diajarkan atau lebih tepatnya yang dicontohkan dalam perbuatan lebih condong ke spiritualnya, tapi kalau saya menilai selama ini yang dicontohkan tidak agamis yang terlalu ekstrim, mungkin mereka menganggap anaknya sudah dapat berpikir jernih tentang kehidupan, dan saya rasa itu sudah benar. Lebih banyak dicontohkan daripada teori penjelasan semata, artinya saya sebagai anak bisa mengerti dan memahami dari sesuatu hal yang dicontohkan oleh orangtua saya tersebut. Tidak hanya faktor orangtua saja yang membentuk etika, tapi juga lingkungan sekitar. Etika adalah cara bagaimana kita menghargai sesama manusia yang hidup berdampingan dengan kita, mulai dari sikap kita kepada orang yang lebih tua, dan sesama teman. di tempat saya, bicara dengan orangtua sebisa mungkin kita menggunakan bahasa yang halus (bahasa jawa krama alus).
2- Etika di tempat bekerja : berhubung saya masih belum bekerja, maka saya akan mendeskripsikan etika di kampus, tempat saya menghabiskan waktu untuk kuliah. Menjadi mahasiswa merupakan satu tingkatan di atas siswa, artinya dalam hal efektifitas menjalani kehidupan. Jadikan kampus sebagai tempat tinggal kedua setelah kos, biar kita betah untuk kuliah dan mengerjakan tugas, caranya memperbanyak teman. semakin banyak teman, maka hidup di kampus terasa lebih indah, dan itu membutuhkan etika kita untuk bergaul. Caranya kita menghargai semua teman kita, tanpa sedikitpun melecehkannya. Jika diajak berbincang-bincang tentang masalah apa saja, kita dengarkan dan kita kasih respon, dengan begitu teman merasa nyaman bergaul dengan kita. Terkadang teman mencurahkan sesuatu tentang masalah yang mereka hadapi, kalau mereka salah, maka kita nasihati dengan bicara yang sopan dan tidak menyinggung. Tidak malah memojokkan dia dan itu akan membuat rasa bersalah akan menyiksa dirinya (depresi). Alangkah baiknya kita menggunakan pendekatan persuasif dan solusi yang bijak. Satu hal lagi, anggap semua teman itu penting, meskipun mereka kaum bawah ataupun kaum atas, anggap mereka sama di mata kita, yaitu teman yang sangat paling berharga bagi kita, jangan pernah membeda-bedakan teman.
3- Etika dengan teman : untuk etika dengan teman, saya ambil contoh dengan teman kos. Selama ini, teman kos sudah seperti keluarga sendiri, saling menghargai dan saling percaya satu sama lain, artinya tidak ada rasa curiga sedikitpun diantara kita. Mengapa saya anggap seperti keluarga sendiri, karena selain kita satu kos, kita juga kuliahnya sering satu kelas. Jadi sama-sama merasakan mengerjakan tugas sampai begadang, memecahkan masalah sama-sama. Terkadang memang ada permasalahan yang sensitif untuk dibicarakan, dalam hal ini kedewasaan kita dituntut, bagaimana kita menyampaikan solusi atau saling mengingatkan satu sama lain tanpa menyinggung perasaan teman tersebut. Contohnya dengan berbicara sambil senyum dan tidak bernada keras tapi bernada lembut. Jika ada barang teman yang lupa ketinggalan, maka benar-benar kita jaga baik barang tersebut. Jika ada teman tidak ada uang untuk beli makan, maka kita beli makan untuk dimakan bersama-sama, dan itu terasa nikmat. Intinya saling menghargai dan saling merasakan dalam menjalani hidup sebagai anak kos adalah kunci dari etika sesama teman kos. Satu hal lagi, kelak kita akan ingat bagaimana kita menjalani hidup di kos dengan prinsip sama rasa sama rata, artinya semuanya ditanggung bersama, baik suka maupun duka.

By BIBIL

Menjadi cupu itu anugerah part 1

Pengalaman, merupakan hal yang terkadang indah untuk diceritakan, kadang menyakitkan, sedih, senang, malu, tertawa, biasa saja, lucu, dan ekspresi yang lainnya. Salah satu pengalaman yang sering diceritakan adalah tentang perasaan dan cinta, topik standar lama yang masih tetap hangat dibicarakan sepanjang masa. Ya, sepanjang masa, karena terdiri dari berbagai macam kisah yang berbeda.
Terkadang, kita menyukai seseorang, namun tak pernah terbalas entah karena kita terlalu cupu dan dianggap tidak pantas untuk mengungkapkan yang namanya perasaan. KITA TIDAK PANTAS, kata itu tak layak dan tak seharusnya ada.
Tahun 2002, awal yang baru bagi kehidupanku, memakai seragam putih biru, masa-masa cupu yang ku lewati di jenjang sekolah yang sebenarnya lebih pantas dianggap sebagai barak tentara. Pemerasan, perkelahian, tawuran adalah hal yang biasa terlihat. Pertama memulai aktivitas sebagai pelajar membuat sangat tertekan, hidung seperti mengeluarkan darah tiada henti, dan tak terasa badan tinggal kulit saja, kurus kering seperti semut yang merayap takut diinjak.
Senen pagi ceriah dengan suasana upacara yang biasa saja, melihat teman-teman sekelas yang belom pada kenal, kakak kelas yang sok paling ok, guru yang bijak dan guru yang (kurang) bijak, bendera merah putih, petugas upacara yang cukup gagah. Semuanya berakhir dengan singkat, dan tak berkesan.
KELAS 1E, itulah label dari ruangan yang selama setahun duduk manusia setengah manis, pendiam dan terlalu pasif bernama Sabil (panggilan sewaktu SMP). Yang pertama dilakukan oleh cowok berplat SMP baru masuk kelas pastinya adalah melihat cewek-cewek di sekililingnya, dan menurut pandanganku waktu itu, yang paling menarik cewek bernama evalina dan neichi (nama asli yang sudah aku samarkan). Evalina berambut panjang, kulitnya putih dengan muka photogenic, badan kurus dan tinggi seperti model iklan sabun kucing (iklan sabun yang mengikutkan kucing sebagai modelnya). Berasal dari kaum highclass dengan ayah bekerja di perusahaan elit berlabel PT PETROKIMIA PUTRA, perusahaan pupuk yang mempunyai dampak negatif dan positif. Yang paling aku ingat, evalina selalu diantar-jemput oleh mamanya dengan naik mobil mewah berwarna silver. Yang masih terfikirkan dalam benak, mengapa anak seorang kaya raya dan cerdas serta cantik pula, ko mau sekolah di SMP yang menurut kebanyakan orang sebagai sekolah anak-anak nakal yang sukanya tawuran. Masih belom terjawab sampai sekarang.
Neichi, mempunyai ciri fisik yang hampir sama dengan evalina. Tinggi, putih, cantik, dan tentu saja salah satu anak pintar di kelas serta menyandang jabatab sebagai ketua kelas. Mereka berdua duduk satu bangku, banyak ditaksir sama cowok2 satu sekolahan juga.
Tapi jujur, tak ada rasa apapun dalam jiwaku jika melihat mereka berdua, artinya tidak ada cewek yang aku taksir selama kelas 1. Singkat cerita, evalina hanya menyelesaikan satu semester bersama, selanjutnya dia pergi ke SMP yang lebih favorit, dan pertanyaan dalam hati mengapa dia mau masuk SMP yang “terbelakang” ini, masih tidak terjawab. Neicha pun sudah tidak seperti pinang dibelah dua lagi, karena evalina sudah pergi dari kelas kita, dan hanya sedikit kenangan yang mampu diingat. Sekedar info, evalina sekarang meneruskan di perguruan tinggi ternama di kota Surabaya angkatan 2008. Dia lebih cantik dari sebelumnya, dan lebih anggun. Namun ironisnya dia tidak mengenal aku, meskipun informasi tentang dia sering aku dapatkan. Yang bisa aku lakukan adalah .,., hahahaha , iya, hanya tertawa.

Nb : mengapa memakai kata “aku,kamu” daripada “gue,elo”, karena aku adalah anak asli jawa, yang biasa mengucapkan kata “aku,kamu”, bukan anak asli betawi yang mengucapkan “gue,elo”. Harap dimengerti, ini karena tentang identitas, dan kata “aku,kamu” adalah mencerminkan identitasku.
Next, ada part 2.

By BIBIL

Sabtu, 09 Oktober 2010

Gedung megah dengan pagar para kaum jelata

Rabu malam pukul 18.45, mencoba menyusuri jalanan kota dan berharap menemukan hal yang menarik. Hal yang bisa menjadi suatu bahan refensi pemikiran yang lebih baik, hal yang bisa mengubah sesuatu yang tidak kita harapkan menjadi hal yang kita syukuri. Hal yang bisa membuat kita berpikir untuk merenungkan setiap malam apa yang telah kita perbuat, hal yang dapat mengubah hati kita yang berwarna hitam menjadi sedikit abu-abu.
Tepat di tepi jalan raya, ku hentikan langkah dan menatap gedung megah yang berdiri, berhiaskan lampu berwarna-warni, dan hiasan yang begitu mahal. Sejenak ku palingkan wajah ke sebelah gedung megah, dan yang terlihat anak kecil membawa gelas mineral bekas dengan pakaian yang kusut, bapak-bapak tua yang melangkah dengan susah payah sambil menyodorkan tangannya, ibu-ibu berwajah murung yang duduk diam menatap setiap manusia lewat didepan badannya.
Di sebelah barat manusia berpakaian rapi dan berpasang-pasangan menikmati cairan dalam gelas. Kaum yang selalu memandang sinis terhadap makhluk lain, dan hidup dengan penuh kepalsuan. Apa mereka pernah sadar, bahwa hidup mereka hanya sebagai virtualisasi dari rasa ego yang begitu tinggi, apa enaknya menjadi orang yang tidak bebas sesuai dengan keinginan hatinya. Pernah saya mengenal wanita, yang bisa dibilang “cewek populer dan gaul (kelewat gaul)”, dia mempunyai sekumpulan anak kaum atas mulai dari anak pejabat dan pengusaha (lebih tepatnya kaum yang menganggap dirinya paling sempurna padahal sebenernya mereka lah orang yang paling menderita). Tapi saat teman saya mengungkapkan dirinya menyukai laki-laki dari kaum jelata, dia merasa tertekan, dilema antara memilih cinta sejatinya atau sekumpulan anak yang hidup dengan kepalsuan?. Dia merasa nyaman dengan “lelaki jelata”, sering mereka habiskan waktu bersama dan tanpa sengaja saat bersamaan bertemu dengan sekumpulan anak penuh kepalsuan, mereka mencaci maki dan mengumpat tiada henti. Singkat cerita, akhirnya dia memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan lelaki jelata tersebut. Dia mengorbankan cinta sejatinya hanya untuk kepalsuan dan hidup seperti menjadi wayang yang dikendalikan oleh dalang ego.
Ironis, kata yang tepat untuk kehidupan perbedaan kelas yang semakin tinggi dan diagungkan di negeri yang penuh kebohongan ini. Apa pernah mereka berpikir seandainya tidak ada kelas kaum jelata yang hidup di dunia, mereka mau memamerkan kekayaan kepada siapa? Mereka ingin sombong dan menghina siapa? mereka ingin menyuruh siapa jika semua orang hidup makmur?.
Renungkan dan camkan dalam jiwa kalian yang terdalam, sebelum anda hidup makmur kelak, atau kalian sudah hidup makmur, bahwa jangan pernah sekalipun kalian memandang rendah kaum jelata, karena pada dasarnya kaum jelata adalah kaum yang populer.

By BIBIL

Jumat, 08 Oktober 2010

Mata tuna netra

Menatap gedung megah
Dengan pagar pengemis yang berbaris rapi
Dihiasi lampu dari mata tuna netra
Dan darah memperkilat temboknya

Oh., gedung megah,
Berdiri di sebelah gubuk roboh
Mentertawakan uban putih
Yang sedang mengelus dada

Oh., gedung megah tak bermakna
Simbol dari kemiskinan yang tak diakui
Diagungkan padahal hanya sebuah kebohongan
Dipuji tapi nyatanya mengiris hati

Lebih indah melihat pematang sawah
Dengan senyuman damai dari alam
Daripada melirik gedung megah
Yang penuh dengan tatapan iblis

By BIBIL

Minggu, 03 Oktober 2010

Ketika Hati ditukar dengan Kepingan Emas

Jika ada yang bertanya, “kamu sudah menguasai ilmu apa?”
“aku belum menguasai satu ilmu pun”.
Jika ada yang bertanya, “apa keahlianmu?”
“aku ahli dalam ikhlas”.
Jika ada yang bertanya, “sebutkan moto hidupmu?”
“masih banyak yang lebih bodoh dari kita”.
Jika ada yang bertanya, “mengapa kamu ada di bumi?”
“aku adalah korban dari kecelakaan kelahiran”.
Jika ada yang bertanya, “kamu punya harta apa?”
“otak yang sakit dan jiwa yang sunyi adalah hartaku”.
Jika ada yang bertanya, “apa kamu pernah jatuh cinta?”
“seperti ada kesalahan kelamin”.
Jika ada yang bertanya, “mengapa kamu bisa suka saya?”
“hati yang berujar, dan bibir hanya perantara”.

Dan aku mulai balik bertanya,
“mengapa hati kau tukar dengan kepingan emas?”

By BIBIL

Dengan Celana Dalam Sobek

Dengan celana dalam sobek, ku menyusuri jalan bayangan tanpa jejak.
Bertanya apakah masih ada rasa peduli dalam jiwa manusia?
Dengan celana dalam sobek, ku tatap manusia tua tanpa harapan.
Bertanya mengapa diciptakan keangkuhan di dunia ini?
Dengan celana dalam sobek, ku bersandar pada pohon tua tanpa daun.
Bertanya dimana suara kedamaian berada?

Dengan celana dalam sobek, ku berpikir dengan raga sekarat.
Memang jiwa manusia sudah teracuni oleh khayalan.
Dengan celana dalam sobek, ku tersenyum pada gadis kecil tanpa dosa.
Keangkuhan itu ada karena hati yang tinggi.
Dengan celana dalam sobek, ku pungut sampah di tepi danau.
Terasa tenang dan damai dalam mimpi.

Dan dengan celana dalam sobek,
Ku mulai paham arti kata dari kehidupan.

By BIBIL

Wajib, marketing, dan bangsa tanpa nasionalisme

Hari selasa malam dalam lab yang penuh sesak oleh keyboard dan monitor,
“untuk mahasiswa jurusan ini, wajib mengikuti kuliah tamu dengan membayar sebesar Rp 20.000”, suara seorang bapak dosen.
Di zaman sekarang, permainan kata-kata merupakan senjata ampuh dalam melaksanakan dan menyukseskan suatu acara, contoh salah satunya adalah kata dari dosen tersebut. Namun saya memahami hal tersebut sebagai strategi marketing dari suksesnya acara, dan saya mendukung penuh akan strategi seperti tersebut. Mengapa? Karena semua yang kita lakukan adalah suatu hal yang kita harapkan menjadi sukses, dan kata sukses tersebut tidak begitu mudah untuk didapatkan tapi membutuhkan perencanaan dan strategi yang matang.
Marketing adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Bisa dibilang orang yang dapat menjadi pengusaha sukses adalah orang yang mempunyai jiwa marketing yang sangat kuat, sehingga mampu untuk memperkenalkan produk/jasa yang dia produksi.
Itu sedikit tentang marketing, tentang seminarnya masih bingung mau diceritain yang mana, haha. Pematerinya mantap, punya banyak pengalaman dibidangnya meskipun umurnya masih muda. Nama pematerinya adalah Ruby Z. Alamsyah ST. MTI. Mungkin untuk orang awam nama ini belum cukup terkenal, tapi untuk kalangan / kaum / golongan / komunitas cyber, pasti telah mengenal orang ini.
Topik yang diangkat dalam seminar tersebut adalah “Digital Forensik”, yaitu tentang penyidikan suatu kasus dengan menggunakan teknologi digital forensic guna mendapatkan bukti dari alat-alat teknologi.
Yang paling saya suka dalam seminar ini adalah ketika Saudara Ruby berucap,
“sebenarnya saya sudah ditawari kerja untuk perusahaan RIM di kanada, tapi saya menolaknya. Alasan saya simple, negeri ini masih kacau balau, saya ingin mengabdi untuk negeri ini.”
Ya, pemikiran seperti itulah yang seharusnya tertanam dalam diri orang Indonesia, nasionalisme yang harus dijunjung tinggi dan tertanam dalam jauh di dasar jiwa kita. Coba kita bayangkan, andai saja semua orang pintar Indonesia yang lebih memilih kerja di luar negeri semua itu berkumpul di Indonesia, dan tiap individu bergerak dalam bidangnya masing-masing untuk membangun bangsa dan negeri ini sesuai disiplin ilmu yang mereka kuasai. Yang terjadi adalah ekspetansi kemajuan yang luar biasa. Dan mungkin kita akan menjadi Negara maju yang ada di planet penuh sesak yang bernama bumi.
Contoh sederhana, ilmuwan kita tersebar di berbagai Negara dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Bila semua ilmuwan itu dikumpulkan dan mendapat satu komando yang keluar dari seorang kepala perkumpulan itu, maka konsep memajukan Negara ini menjadi lebih jelas dan lebih nyata. Sistem yang pertama yang harus ditanam juga bersifat regenerasi, artinya setiap bidang ilmu harus ada yang meneruskan keahlian di bidang itu, caranya adalah penjaringan dan perekrutan generasi muda di tiap sekolah yang tersebar di seluruh pribumi Indonesia. Saya ibaratkan ketua perkumpulan itu bernama ketua, ketua mempunyai divisi-divisi pembantu yang dipimpin oleh kordinator seksi, dan tiap seksi tersebut mempunyai disiplin ilmu yang berbeda-beda, dengan tujuan membangun negeri sesuai bidang ilmunya dan melakukan regenerasi tanpa putus.
Saya memikirkan perkumpulan ini bisa terjadi kelak di kemudian hari, kita sebut saja sekarang perkumpulan yang kita idamkan tersebut sebagai perkumpulan
“INDONESIA SCIENTISTS MOVEMENT TO FUTURE”

By BIBIL

Sabtu, 02 Oktober 2010

goresan sehabis jumaatan part 2

Meneruskan tulisan ‘goresan sehabis jumaatan’ yang tidak jelas tapi tetep aja ada yang baca. Hal yang kedua yang sering atau bisa dibilang hal yang hanya aku bisa lakukan adalah menulis dan menulis. Menulis apa saja dari kejadian yang telah dialami, entah itu masa lalu yang cupu, masa sekarang, dan pemikiran masa depan.
Apa yang di pikiran kalian, maka itulah bahan tulisan kalian. Jika menemui pak satpam dan menegur anda, maka tulis dan ceritakanlah kejadian itu. Jika ditegur oleh calon mertua dan memintamu agar pulang lebih cepat dari apel malam minggu, maka tulis dan ceritakanlah kejadian itu.
Hal yang pasti dengan tulisan adalah kita bisa berfantasi dan membuat kata-kata yang tidak bisa kita ucapkan didepan masyarakat umum, seperti umpatan, cacian, hinaan, rasa yang kita pendam dan segala hal yang ada di otak kita. Tulisan merupakan buah dari pemikiran yang terkadang tidak bisa diungkapkan secara langsung. Karena tidak semua manusia diberi kekuatan dan keberanian untuk mengungkapkan gejolak di hatinya.
“Memperlebar relasi”, kata ini muncul dengan berjalannya waktu akibat dari efek salah jurusan yang diderita oleh seorang mahasiswa yang berasal dari keluarga petani. Pada dasarnya tidak ada niat sama sekali untuk berteman dengan banyak orang dengan tujuan tertentu, dan itu memang tidak pernah tertanam dalam jiwa. Namun ternyata dengan mempunyai banyak teman yang berasal dari berbagai kalangan dan berbagai status, hal itu memberikan dampak positif dalam segala hal terutama dalam urusan “tugas kampus”.
Jujur, aku lebih nyaman dan menjadi diri sendiri ketika berkumpul dengan sesama kaum “underclass”, karena kita merasakan kesamaan nasib dan merasakan kondisi buruk yang sama. Hal itu muncul akibat seringnya melihat anak-anak “highclass” menyombongkan dirinya di depan kaum bawah. Mereka seakan-akan menjadi orang yang paling sempurna dengan memiliki segalanya dan meremehkan kami. Kaum highclass yang menurutku hanya sekumpulan orang yang mengandalkan harta yang sudah ada tanpa pernah mencoba untuk mencarinya sendiri, dan mereka merasa hebat dengan kebodohannya itu. Kata “muak” selalu terucap jika melihat tingkah mereka yang selalu menindas kami. Orang-orang “highclass” yang menurutku kekayaannya adalah hasil dari jerih payah kaum “underclass”, apa mereka pernah sadar bahwa harta yang mereka dapat adalah andil dari kalangan kaum bawah, siapa yang membantu mereka dalam mencari uang yang diagungkan di otak mereka. Uang yang selalu mereka hasilkan dari pembodohan kaum bawah, uang yang berselimut kebohongan dan darah dari orang miskin.

By BIBIL

Jumat, 01 Oktober 2010

MAHASISWA SALAH JURUSAN

Mahasiswa salah jurusan..
Menulis dan menulis,
Tapi ngga ngerti apa yang ditulis.

Mahasiswa salah jurusan..
Ngerjain dan ngerjain,
Tapi ngga pernah selesai apa yang dikerjakan.

Mahasiswa salah jurusan..
Masuk dan masuk kuliah,
Tapi ngga paham apa yang dibicarakan.

Mahasiswa salah jurusan..
Mendengar dan mendengar..
Tapi tak tahu apa yang didengar.

by BIBIL

goresan sehabis jumaatan part 1

Setelah mengalami perubahan kondisi yang kurang baik dalam beberapa bulan, akhirnya pikiran mulai agak tenang dengan adanya rizki yang diberikan oleh Allah swt. Seribu senyum untuk sejuta harapan yang kelak akan kita songsong dengan semangat sinar matahari. Haha.,. (beginilah bentuk tawa).
Satu pekikan yang selalu menghampiri otak “menyadari telah menjadi mahasiswa jurusan dan menempuh pendidikan dengan lingkungan yang tidak paham”, namun bias dijalani dengan prinsip “perlebar sayap relasi, maka hidup di kampus akan terasa nyaman”.
Harus ada cara lain menjadi sukses tanpa melalui pendidikan formal perguruan tinggi, dan mencari bertahun-tahun bakat yang terpendam di dasar otak dengan gembok besi dan tanpa kunci. Ternyata yang hanya bias dilakukan adalah berimajinasi yang tinggi, menulis tanpa arti, dan mencoba memperbanyak relasi tanpa tahu manfaat apa kelak yang didapat.
Berimajinasi setiap ada peristiwa terjadi adalah pekerjaan yang menyenangkan bagiku, meskipun menurut orang-orang cerdas di luar sana bahwa terlalu banyak imajinasi bisa membuat orang menjadi terbuai oleh mimpinya. Namun menurut pandangan kami sebagai kaum imajiner, imajinasi yang tinggi adalah hal yang wajib dilakukan oleh manusia di bumi ini, karena dengan mempunyai imajinasi, maka manusia bisa merencanakan hal/solusi untuk kehidupan di masa mendatang. Dan terkadang sesuatu yang spektakuler itu akan dianggap gila awalnya oleh kaum manusia. Contoh yang sederhana, siapa yang tidak menganggap gila orang yang mencetuskan bahwa besi kelak akan bisa terbang (pesawat). Untuk itu kalian yang mengaku generasi muda, jangan pernah takut dianggap gila oleh mayoritas manusia yang menganggap ide cemerlang kita sebagai dongeng dan omong kosong. Kelak pembelian helikopter dan jet pribadi menjadi hal yang lumrah seperti petani membeli televisi.
Karena pada dasarnya dari mimpi yang kita pendam maka muncullah usaha untuk mewujudkannya, dan keindahan yang paling sempurna di dunia ini adalah ketika apa yang kita mimpikan menjadi suatu kenyataan yang kita jalani. Mimpi itu indah namun lebih indah lagi jika menjadi kenyataan. Pikirkan saja apa yang ingin kita pikirkan, lakukan saja apa yang ingin kita lakukan, dan imajinasikan saja apa yang ingin kita imajinasikan.
Berbagai macam mimpi dan imajinasi seseorang terkadang sama dengan apa yang kita impikan juga. Ingin punya pacar cantik, ingin punya banyak harta dan tahta agar dihormati, ingin punya popularitas di lingkungan tempat bergaul dan sebagainya. Tapi secara tidak kita sadari bahwa bahwa tidak semua yang kita mimpikan itu menjadi kebahagiaan yang kita idamkan. Percuma kalau punya pacar cantik tapi dia tidak tulus punya rasa terhadapmu. Percuma punya harta banyak tapi hasil dari korupsi, merampok dan sebagainya. Percuma punya popularitas tapi hanya teman yang hina di sekelilingmu.
Jadi pada dasarnya, apa yang ada pada diri kalian saat ini, itulah yang terbaik dan pantas untuk kalian banggakan.

By Bibil