Kamis, 04 Agustus 2011

KETIKA PEKIKAN JIWAKU UNTUK KAMU

Aku, tak ubahnya seorang bedebah yang ingin mendapat sedikit kasih.
Aku masih belum bisa berpaling meskipun nyatanya tak ada namaku dalam jiwamu.
Tak ada wajahku dibenakmu, Tak ada senyumku diingatanmu.
Dan ruang hatimu sudah tertutup oleh orang lain.

Aku, masih mau menjadi penyenangmu sesaat dan setelah itu kau kembali dengannya.
Aku tak peduli harus mendampingi kemana pun kamu berjalan,sekalipun ke pangkuan lelakimu.
Bagiku, senyummu saat bertemu dengannya telah menyiram jiwaku yang haus akan belaihan. Walaupun airnya terasa pahit. Sangat pahit.
Aku bercerita tentang wanita yang kurindu dihadapan kalian,
tanpa pernah sadari bahwa wanita itu adalah kamu.
Aku tak peduli harus mengorbankan semua yang kubangun dari awal, demi tuk sedikit senyummu.
Aku juga tak mempermasalahkan bila kau tak pernah mau berdua denganku, hanya sebatas rangkaian kata dalam media.
Aku beralaskan kasur pesakitan. Helaian kapuk seperti ranjau menjangkit lekat ke kulit dan tulangku. Tak terasa lagi apa itu manis dan nyenyak. Lagi-lagi aku tak peduli.
Sungguh hanya raut wajahmu itu yang ada di bayangku, benakku, jiwaku, hatiku, khayalku, mimpiku, dan otakku

KAMU, yang bisa membuat hidupku sedikit “rapi” dari sebelumnya yang sangat berantakan.
KAMU, yang menyongsong deras ke dasar pikiran dan jiwaku, menerobos dan menghapus sisa-sisa luka dasar dalam diriku.
KAMU, nampak sebagai permata berkilau bersinar dalam kepalaku yang sedang rusuh layaknya sampah yang berserakan.
KAMU, tak pernah terbayangkan bila seandainya ku dapat dekat denganmu. beban ini lepas.

Dan ketika malam datang, semua tetap seperti hampa. Tak ada warna disana, hanya gelap semata. Tak ada warna di hatiku juga.
Pergantian hari sudah seperti menunggu bertahun-tahun tanpa adanya kata indah.
Aku lakukan apapun demi KAMU, namun jangan pernah sekalipun tanyakan mengapa.
Aku masih menanti tanpa kejelasan yang pasti.
Aku berjalan di tepian yang terbatas oleh bayangan,
Bersandar pada kakilangit tak terbentuk.
Tiba orang yang menjual dunia dan bertanya padaku,
“mengapa kamu menunggu orang yang sudah jelas tidak mengharapkanmu?”
Dan kubalas, “Aku mau, karena hanya dia Saat ini yang bisa membangkitkan asa jiwaku tuk tetap hidup”

Datang pagi dengan embun diiringi udara segar dan senyum matahari,
Kata mereka itu sangat mempesona, namun bagiku hanya kiasan semata,
Ketika kusadari hidupku sangat kosong menanti separuh jiwaku.
Entah berapa lama aku kan tetap begini,
Aku tulus menanti’mu sampai suatu saat nanti ku berharap kau kan menyadarinya.
Kasihku padamu lebih dahsyat dari apa yang kau pikirkan.

Aku mau, menghabiskan sisa umurku tuk menanti sedikit keajaiban dari peluk’mu yang tertumpah.
Bantu aku keluar dari situasi yang menyesatkan jiwa ini.
Karena Doaku seperti najis yang susah terkabulkan.

Dan sekarang, aku Hanya bisa memandangi bentuk wajahmu dibalik layar berwarna.
Rintihanku dari roh yang paling dalam masih tak mampu membuang keraguanmu,
Pekikan jiwaku yang mengalir halus masih kau anggap suara angin belaka dan tak mampu meluluhkan dan menjinakkan hatimu.
Meskipun aku seperti Iblis, tapi aku mempunyai ketulusan mencintaimu seperti manusia yang seutuhnya.
Sepenuhnya untuk kamu, yang mereka sebut SAESARIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar