Setiap hari orang pasti memperhatikan penampilan, apakah penampilannya sudah menarik dan keren, atau masih asal-asal’an. Ingin keluar rumah, hal yang dilakukan adalah terpaku memandang wajah sendiri di depan cermin yang bisu. Mengacak-acak rambut, mencium harum bau badan, memeriksa mimik wajah, memandang dan menyesuaikan posisi p*ntat dengan celana yang dipakai. Semua itu ibarat ritual wajib sebelum keluar mencari keceriaan. Lagi-lagi, faktor paling berpengaruh adalah untuk menarik perhatian lawan jenis. Memang, jika orang sudah mengerti tentang rasa dan perasaan, maka cenderung orang itu ingin perasaan itu tersampaikan.
Sedikit menyimpang dari cerita, tentang perasaan. Perasaan mungkin lebih banyak dikenal orang-orang dengan perumpamaan kata sayang dan cinta. Hal yang paling absurd di dunia memang masih disebut cinta. Cinta menyatakan perasaan yang timbul dari gejolak-gejolak aneh yang ada dalam jiwa. Gejolak yang menandakan kebahagian ketika tersampaikan rindu dan harapan. Gejolak yang terasa lebih indah ketika bertemu dan menatap sang pembawa kasih. Perasaan dan cinta itu anugerah, meskipun tersampaikan ataupun tersakitkan. Karena itu tanda bahwa kita masih bisa merasakan cinta dan sakit. Dua hal yang memang selalu berdampingan dan tak terpisahkan.
Celana jeans, suatu barang yang sudah tak terpisahkan lagi dengan kehidupan para pemuda-pemudi kita. Dulu jeans memang dianggap sebagai budaya dari barat yang dikhawatirkan membawa dampak buruk bagi para generasi muda bangsa Indonesia. Sampai saat ini pun jeans dianggap oleh sebagaian kalangan merupakan produk dari kaum yang tak terhormat (tidak disebutkan kaum apa, karena sama sekali tidak ingin menjatuhkan kalangan manusia yang lainnya). Namun, ada pandangan yang berbeda, jeans merupakan pemrakarsa orang luar, tapi selama kita tidak mengambil keburukan dari hal tersebut, bisa dianggap boleh saja kita menggunakan produk jeans tersebut. Ya mungkin lebih baik kita biarkan orang-orang yang lebih mengerti tentang hal itu yang mengurusnya, kita lebih asyik mengamatinya saja. (hahaha).
Tahun 2005, sebuah hal terjadi, mungkin kalau aku lebih menyebutnya sebuah keajaiban, karena dipertemukan dengan celana jeans berwarna agak gelap (sampai sekarang belum paham sebenernya berwarna apa jeans itu). I called “whisper jeans”. First time yang dilakukan bila memiliki barang baru pastinya adalah mencobanya. Kaki sedikit mekangkang dan memasukkan ke lubang celana yang terbagi dua, kesan pertama adalah pas dan nikmat. Serasa celana jeans itu bersatu dengan kulit kaki dan tak pernah ingin lepas. Bercermin hanya melihat bagian perut sampai ke bawah, untuk saat itu bagian badan atas seperti terlupakan. Mungkin yang terpikirkan hanyalah celana jeans yang melekat pada kaki indah ini.
Seiring berjalannya waktu tanpa ku sadari, ternyata selama akhir-akhir ini celana yang aku pakai hanyalah whisper jeans. Seperti slogan dalam iklan minuman, “apapun acaranya, celananya pake whisper jeans”. Tapi memang tidak ada yang keberatan atau meneliti dengan seksama mengapa jeans yang aku pakai hanya yang jenis itu saja.
Detik berlalu dan tak menyangka sudah mulai mencicipi bangku kuliah, bangku yang berbeda dengan bangku-bangku yang lainnya, bangku yang diperebutkan oleh ratusan ribu anak muda di seluruh negeri, bangku yang diimpi-impikan untuk dapat diduduki oleh semua kalangan, tidak hanya kalangan atas dan bertahta saja, tapi bisa diduduki oleh anak muda dari keluarga petani, nelayan, tukang becak, penjual asongan, penjahit dan sebagainya.
Whisper jeans ku bawa sampai bangku kuliah, semester 5 yang kini masih ku tempuh dengan otak yang sedikit terisi tentang public static void main dan system print out ln. whisper jeans yang tetap sama saat dipakai, tetap nyaman dengan kaki yang melekat pada susunan tubuhku. Namun ada sedikit fisik yang berubah, whisper jeans sudah mengalami berbagai rintangan dan halangan, membuatnya menjadi sedikit beerubah dalam fisik khususnya bagian lutut, sobekan-sobekan penuh makna bermunculan karena jeans sudah “berumur”. Ibarat manusia yang sudah berumur 70 tahun, whisper jeans masih mempunyai aroma karismatik tak terbantahkan.
Banyak manusia yang mengkritik, mengapa jeans butut penuh sobekan masih saja dipakai dengan penuh percaya diri, apa tidak ada celana yang lebih layak lagi, masih bisakah itu dikatakan celana jeans?. Hey yang bernama manusia, sesuatu itu tidak bisa selalu diukur dari kemewahan dan harga uang yang tinggi, keindahan dan makna mendapatkannya adalah faktor yang tidak bisa diukur dengan uang dan tahta, nilai historis dari suatu barang yang kita miliki tidak bisa dibeli dengan nilai mata uang yang berjuta-juta. Pada dasarnya, kemewahan itu muncul karena kenyamanan dan keindahan yang terbentuk dari bagaimana orang itu merasa lebih percaya diri dari apa yang dipakainya. Percaya diri dengan style yang menurutnya pantas untuk diri mereka, style yang mereka buat sendiri. aku menghargai dan respect dengan orang-orang yang merasa yakin dengan style yang ia buat sendiri, itu menandakan kejujuran. Dan apa jadinya jika semua orang punya style yang sama, pasti sangat membosankan tentunya ketika melihat hal yang sama dan itu-itu saja. Sekali lagi aku tekankan, ini bukan masalah kemewahan, tapi ini menyangkut kenyamanan, percuma dianggap mewah tapi kita tidak nyaman. Kemewahan tercipta dari sebuah kenyamanan, keindahan, history, dan kejujuran.
Sama seperti cinta, perasaan harusnya melambangkan kejujuran, cinta itu adalah kenyamanan. Mencintai Tuhan mengartikan bahwa kita nyaman (percaya) kepada Tuhan, mencintai orang tua menandakan bahwa kita nyaman (saling kasih sayang) kepada orang tua. Begitu juga ketika kita mencintai seseorang, bermakna bahwa kita memang nyaman (sayang) dengan orang tersebut, tulus dan jujur. Mencintai seseorang merupakan gejolak perasaan yang tertuang dari seberapa nyaman kita dengan dia, seberapa nyaman hati kita ketika bertatapan langsung, seberapa nyaman kita menerima dia. Tak peduli pasangan kita gendut seperti badut, kulit hitam seperti tinta, kurus seperti tongkat lurus, cupu seperti anak lugu, muka hancur seperti kencur, badan bau seperti kerbau, tak punya harta berlebih seperti para konglomerat tinggi, yang penting mereka adalah pasangan kita. Kekasih yang indah adalah ketika kita nyaman dengan dia, tidak merasa minder ketika berjalan dengannya, tidak ada rasa malu ketika memperkenalkan dirinya kepada para manusia (teman). karena ketika kita merasa nyaman dan tenang, maka sesungguhnya cinta itu telah tumbuh tulus dan jujur. Ini bukan menyangkut gengsi terhadap orang lain yang selalu menginginkan manusia sempurna yang sebenarnya tak pernah ada di dunia. Ini tentang kenyamanan dan kejujuran dari sebuah kata yang disebut cinta. Percuma kita mempunyai pasangan yang cantik / ganteng, popular, idola, tapi mereka merasa malu untuk melewati hari-hari dengan kita. Semua itu adalah ilusi kosong.
Seberapa jelek barang yang kamu miliki, namun jika kamu merasa nyaman, maka banggalah untuk menggunakannya.
Seberapa buruk pasangan yang kamu miliki, namun jika kamu merasa nyaman, maka berbahagialah untuk melewati hari-hari indahmu.
By BIBIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar